A. Pendahuluan

Para pembaca yang baik hati. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kepribadian santri. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa proses pendidikan di pesantren juga menimbulkan berbagai tekanan dan stres bagi santri. Dalam konteks ini, peran guru pesantren menjadi sangat penting dalam membimbing dan mengelola stres yang mungkin timbul pada santri. Pada artikel ini, penulis berusaha untuk menjelaskan beberapa cara yang bisa digunakan oleh guru pesantren dalam mengelola stres para santri.

B. Pembahasan

1. Pendekatan Keagamaan

Guru pesantren dapat mengadopsi pendekatan keagamaan sebagai salah satu strategi dalam mengelola stres santri. Dengan mengajarkan nilai-nilai Islam tentang tenang, ikhlas, dan tawakal, sehingga guru dapat membantu santri untuk melihat tantangan hidup sebagai ujian yang harus dihadapi dengan keteguhan iman.

2. Mentoring Personal

Setiap santri di pesantren seharusnya memiliki seorang guru pembimbing atau mentor yang bertugas untuk memberikan dukungan emosional. Melalui mentoring personal, guru bisa menjadi lebih dekat dengan santri, memahami permasalahan yang dihadapi, dan memberikan solusi kepada santri yang sesuai dengan visi dan misi pesantren.

 3. Pengembangan Kecerdasan Emosional

Guru pesantren juga fokus pada pengembangan kecerdasan emosional santri. Dengan membekali santri dengan kemampuan mengelola emosi, guru membantu mereka untuk lebih tahan terhadap tekanan dan stres. Kegiatan-kegiatan seperti kajian-kajian tentang kecerdasan emosi, diskusi kelompok, dan pelatihan relaksasi sering digunakan untuk mencapai tujuan ini.

4. Pembiasaan Kebersamaan dan Solidaritas

Pesantren mendorong kebersamaan dan solidaritas di antara santri. Guru pesantren menciptakan lingkungan yang mendukung dan memotivasi melalui kegiatan-kegiatan bersama seperti shalat berjamaah, belajar kelompok, dan kegiatan sosial lainnya. Solidaritas di antara santri menjadi salah satu penangkal utama terhadap stres individual.

C. Kesimpulan

Kita sebagai guru harus menjadi orangtua kedua bagi para santri dan pesantren bisa menjadi rumah kedua yang nyaman bagi para santri. Oleh karena itu, kita jangan sepelekan kesehatan mental para santri.

 

Ditulis oleh : Admin Web DM

 

Referensi :

Yusak Burhanuddin. 2019. Kesehatan Mental. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Zainal Aqib. 2021. Konseling Kesehatan Mental. Bandung: Yrama Widya.

Leave a Reply

Ada yang bisa kami bantu?