A. Pendahuluan
Para pembaca yang baik hati. Sebagai orangtua memang memiliki tugas yang tidak mudah dalam mendidik anak. Dalam kehidupan sebagai orangtua, seringkali muncul satu pertanyaan yang tidak biasa, yaitu : apakah lebih penting memiliki anak yang bahagia atau anak yang pintar? Sebagai orangtua maupun guru, tentunya kita juga merasa bingung mau pilih yang mana di antara 2 pilihan itu. Sebab, kita juga butuh kedua-duanya, bukan hanya pilih salah satu.
B. Pembahasan
Penulis mencoba untuk memberikan beberapa pandangan kepada para pembaca semua terkait judul tulisan ini, pilih mana : anak yang bahagia atau anak yang pintar? Silakan simak penjelasannya di bawah ini :
Pertama, Anak yang Bahagia
Anak yang bahagia adalah anak yang merasa puas, gembira, dan memiliki kondisi emosional yang stabil. Anak yang bahagia adalah anak yang cenderung lebih mudah bergaul, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, tidak stress bila dihina orang, tidak stress menerima kabar yang tidak menggembirakan, dan mampu menangani tekanan dengan baik. Bahagia adalah fondasi untuk kehidupan yang lebih bermakna dan sejahtera.
Ditambah lagi, anak yang bahagia cenderung sebagai sosok yang suka belajar hal baru yang bermanfaat bagi dirinya serta orang-orang di sekitarnya. Selain itu juga berjiwa sosial dan paham finansial di masa remaja serta dewasa. Anak yang bahagia memiliki kemampuan untuk mengatasi rintangan dengan cara yang kreatif dan menghadapi tantangan hidup dengan pikiran serta sikap yang positif. Oleh sebab itu, kebahagiaan juga terkait erat dengan kesehatan mental dan fisik yang baik.
Kedua, Anak yang Pintar
Di sisi lain, jika memiliki anak yang pintar, maka hal itu menjadi impian banyak orangtua. Anak yang pintar itu biasanya adalah anak yang memiliki kemampuan kognitif yang tinggi, mampu menyerap pelajaran sekolah dengan cepat, dan biasanya mampu mencapai prestasi akademis yang gemilang. Anak yang pintar sering kali dihargai dalam masyarakat dan dianggap memiliki banyak kesempatan untuk meraih kesuksesan dalam berbagai bidang.
Akan tetapi, ketika kita terlalu fokus pada kepintaran saja, maka seringkali dapat menghasilkan tekanan yang berlebihan pada anak. Tekanan seperti apakah itu? Tekanan untuk harus mencapai prestasi akademis. Misalnya, si anak harus mendapat rangking 1 di kelas, nilai pelajaran sekolah harus selalu bagus, dan harus menjadi murid yang unggul dalam prestasi akademis. Ketika semua itu tidak tercapai, maka timbul kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya. Penulis menyampaikan hal tersebut karena memang seperti itulah fakta yang terjadi di lapangan.
Sebagai orangtua, idealnya memang tidak harus memilih antara memiliki anak yang bahagia atau pintar. Sebaliknya, orangtua harus berusaha untuk menyeimbangkan kedua hal tersebut. Anak-anak didorong agar menjadi anak yang bahagia sambil memfasilitasi perkembangan akademis anak-anaknya. Namun, jika para pembaca mau memilih salah satu, ya silakan saja. Pilihlah sesuai dengan hati nurani para pembaca.
C. Kesimpulan
Bagi para pembaca yang belum membaca tulisan ini dari awal sampai akhir, maka silakan membaca terlebih dahulu agar tidak gagal paham tentang anak bahagia atau anak pintar.
Referensi Jurnal
Soenarto, S. (2017). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kesejahteraan Subjektif pada Remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 2(1), 45-56.
Sukardi, Y. (2019). Peran Orangtua dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak. Jurnal Psikologi Keluarga, 4(1), 78-89.
Ditulis oleh : Afrian Rahardyaning Pangestu