Tradisi sorogan juga tetap dipertahankan. Santri membaca kitab secara individu di hadapan ustadz, kemudian mendapatkan koreksi langsung. Metode ini melatih kemandirian dan ketelitian.
Kegiatan tahfiz Al-Qur’an menjadi tradisi yang tidak pernah pudar. Setiap pagi dan malam, suara lantunan hafalan santri terdengar memenuhi sudut-sudut pondok, menciptakan suasana yang khusyuk dan menenteramkan.
Tradisi tahlilan dan istighosah juga rutin dilakukan. Melalui kegiatan ini, santri belajar memohon pertolongan Allah sekaligus memperkuat spiritualitas mereka.
Setiap hari Jumat, ada kegiatan kebersihan massal. Seluruh santri turun ke lapangan untuk membersihkan asrama, masjid, dan lingkungan pondok. Tradisi ini mengajarkan nilai gotong royong.
Pada momen tertentu, pondok mengadakan khataman kitab dan khataman Al-Qur’an. Acara ini menjadi simbol kebahagiaan bagi santri atas pencapaian ilmu yang telah mereka raih.
Tradisi sowan kepada kyai juga dilestarikan. Santri datang untuk meminta nasihat atau doa restu sebelum mengerjakan sesuatu, sebagai bentuk penghormatan kepada guru.
Tradisi makan bersama dalam satu nampan sering dilakukan pada acara tertentu. Kegiatan ini memperkuat ukhuwah dan mengajarkan kebersamaan tanpa membedakan senioritas.
Dengan menjaga tradisi pesantren sambil tetap beradaptasi dengan perkembangan zaman, Dawah Mubarokah berhasil menciptakan harmoni antara warisan ulama dan kebutuhan modern.

