Peran Pesantren dalam Memberikan Pendidikan Karakter Kepada Masyarakat

A. Pendahuluan Para pembaca yang baik hati. Sebagaimana kita ketahui, pesantren telah memegang peran penting dalam membentuk karakter masyarakat. Karakter merupakan bagian penting dari kepribadian seseorang, karena karakter dapat tercermin dalam perilaku, sikap, dan nilai-nilai kesopanan. Pendidikan karakter menjadi semakin penting di tengah tantangan zaman modern yang serba kompleks ini. Dalam konteks ini, pesantren memainkan peran yang signifikan dalam membentuk karakter masyarakat melalui pendekatan pendidikan Islam. B. Pembahasan Pertama, Pesantren telah menjadi tempat bagi generasi muda untuk memperoleh pendidikan agama dan moral yang kuat sejak zaman dahulu. Di samping memberikan pengajaran tentang ajaran agama Islam, pesantren juga memberikan penekanan pada pengembangan akhlak mulia, seperti kejujuran, disiplin, kesabaran, dan sikap saling menghormati. Pendidikan di pesantren tidak hanya berfokus pada aspek kognitif (nilai akademis), tetapi juga aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan fisik), sehingga menciptakan keseimbangan yang baik dalam pembentukan karakter. Salah satu hal yang membedakan pendidikan karakter di pesantren dan sekolah pada umumnya adalah adanya lingkungan yang terstruktur dan terpola. Di sini, para santri tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan praktis seperti kegiatan sosial dan pengabdian kepada masyarakat. Sebab, pendidikan yang sesungguhnya adalah ketika para santri berada di masyarakat, bukan ketika masih di dalam pesantren. Kedua, Pesantren juga memiliki peran sebagai lembaga sosial yang memberikan dukungan dan bimbingan kepada masyarakat sekitar. Pesantren tidak hanya mendidik para santri, tetapi juga berbagi pengetahuan agama, sosial, keluarga, dan ekonomi kepada masyarakat. Caranya adalah bisa dengan mengadakan pengajian dan seminar yang mengundang masyarakat untuk hadir. Selain itu, bisa juga dengan publikasi media massa seperti buletin, tabloid, majalah, website, youtube, serta media sosial. Ketiga, Pesantren juga bisa membantu dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan menjadi pusat pembelajaran dan pemahaman agama yang mendalam, pesantren diharapkan bisa membantu masyarakat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai moral dan etika Islam yang dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, pendidikan karakter yang diberikan oleh pesantren juga memiliki dampak jangka panjang yang signifikan dalam membentuk masyarakat yang beradab. Para alumni pesantren seringkali dipandang sebagai sosok yang memiliki integritas serta mampu memperjuangkan nilai-nilai keadilan, perdamaian, dan kesejahteraan bagi semua orang. Oleh karena itu, PR kita sebagai guru-guru di pesantren harus mendidik dengan baik para santri yang saat ini mondok di pesantren kita. Jika kita mendidik para santri dengan sebaik-baiknya, insyaAllah para santri ketika lulus bisa menjadi pahala jariyah untuk kita sekaligus bisa menjadi sosok pembawa pencerahan di masyarakat. Kelima, Dalam era globalisasi ini, pesantren harus terus beradaptasi dengan perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efektivitas pendidikan karakter. Pesantren harus bisa menyampaikan nilai-nilai kebaikan melalui teknologi, sehingga masyarakat bisa mengetahui secara jelas mana yang harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. C. Kesimpulan Bagi yang belum membaca tulisan di atas, silakan langsung membaca dari atas hingga tuntas. Terimakasih.   Referensi : Mufid, A. (2019). Pendidikan Karakter di Pesantren: Studi Kasus di Pesantren Modern. Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, 4(1), 35-48. Rohman, M. (2020). Pendidikan Karakter di Era Digital: Tantangan dan Peluang bagi Pesantren. Jurnal Pendidikan Pesantren, 8(2), 167-182.   Artikel ini ditulis oleh : Afrian Rahardyaning Pangestu

Membentuk Pola Didik Positif Pada Anak Asuh di Panti Asuhan

A. Pendahuluan Para pembaca yang baik hati. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa panti asuhan adalah suatu tempat untuk anak-anak yang tidak memiliki keluarga atau tempat penampungan bagi anak-anak yang kondisi keluarganya tidak mendukung untuk bisa membiayainya hidup. Dengan melihat keadaan anak-anak asuh yang tinggal di panti asuhan, tentunya sangatlah penting untuk membentuk pola didik positif pada anak asuh di panti asuhan. B. Pembahasan Adapun langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan adalah Pertama, Pentingnya Pendekatan Personal Dengan memberikan perhatian secara personal pada setiap anak asuh dapat membantu dalam mengenali kebutuhan, bakat, dan potensi unik yang mereka miliki. Pendekatan personal dapat membentuk hubungan yang kuat antara pengasuh dan anak asuh. Kedua, Membangun Keterampilan Sosial Anak asuh perlu diberdayakan dengan keterampilan sosial, tujuannya adalah agar dapat bersatu di dalam masyarakat. Dengan mengadakan kegiatan kelompok, kerjasama, dan komunikasi terbuka bisa menjadi kunci dalam membentukketerampilan sosial pada anak asuh di panti asuhan. Ketiga, Memberikan Model Peran yang Baik Pengasuh di panti asuhan perlu menjadi teladan yang baik. Memberikan contoh perilaku positif, etika, dan integritas dapat membentuk karakter anak asuh menjadi lebih baik. Keempat, Pemberian Dukungan Psikologis Kondisi anak asuh di panti asuhan seringkali penuh dengan tantangan emosional. Dengan memberikan dukungan psikologis dan ruang untuk berbicara membantu mereka mengatasi masalah dan membentuk pola pikir yang positif. Kelima, Pendidikan dan Pembinaan Langkah kelima untuk membentuk pola didik positif pada anak asuh di panti asuhan adalah dengan menyediakan akses pendidikan yang baik dan pembinaan untuk pengembangan bakat serta minat anak asuh. C. Penutup Semoga apa yang penulis sampaikan di atas bisa bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi yang memiliki panti asuhan ataupun bagi yang berencana ingin punya panti asuhan. Sebab, masih banyak anak-anak tidak beruntung di luar sana yang masih butuh dijaga, dirawat, dan diberdayakan dengan sebaik-baiknya.   Referensi : Santoso, B. (2018). Pentingnya Dukungan Psikologis dalam Pengembangan Anak Asuh di Panti Asuhan. Jurnal Kesejahteraan Sosial, 14(3), 210-225. Wijaya, A. (2017). Peran Model Peran dalam Pembentukan Karakter Anak Asuh di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Pendidikan, 9(1), 45-56.   Ditulis oleh : Afrian Rahardyaning Pangestu.    

Broken Home bukan berarti Broken Future

A. Pendahuluan Para pembaca yang baik hati. Perceraian dalam sebuah keluarga seringkali dianggap sebagai sebuah tragedi yang berdampak buruk, terutama bagi anak-anak yang terlibat di dalamnya. Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Meskipun anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang bercerai menghadapi tantangan emosional dan psikologis yang besar, namun hal tersebut tidak menjamin bahwa masa depan mereka akan suram. B. Pembahasan Dalam banyak kasus, anak-anak korban perceraian justru mampu bangkit dan bisa mengatasi ketidakstabilan tersebut, bahkan berhasil mencapai kebahagiaan dan kesuksesan yang lebih besar daripada orangtua mereka. Pertama, Realita Anak yang Korban Perceraian Perceraian orangtua bisa menjadi pukulan berat bagi anak-anak, terutama jika prosesnya berjalan dengan konflik yang tinggi. Anak-anak mungkin mengalami perasaan kehilangan, kebingungan, marah, atau bahkan merasa bersalah atas perceraian orangtua mereka. Selain itu, adanya perubahan dalam rutinitas, lingkungan, dan interaksi sosial juga dapat memengaruhi keadaan psikologis anak. Kedua, Tantangan dan Kesempatan Penting untuk kita dipahami bahwa setiap tantangan membawa kesempatan. Anak-anak korban perceraian itu umumnya memiliki kekuatan di dalam diri yang luar biasa untuk bertahan dan tumbuh dari pengalaman yang pahit. Beberapa di antara mereka dapat mengembangkan kematangan emosional yang tinggi, kemampuan beradaptasi yang baik, serta kepekaan terhadap dinamika hubungan manusia. Ketiga, Masa Depan yang Cerah Anak-anak korban perceraian memiliki masa depan yang cerah, asalkan mereka mendapatkan dukungan yang tepat. Mereka dapat belajar dari pengalaman orangtua mereka dan memilih jalan yang berbeda untuk diri mereka sendiri. Beberapa di antara mereka bahkan mampu memecah pola-pola negatif yang ada dalam keluarga mereka dan berusaha menciptakan hubungan pernikahan yang sehat serta berkelanjutan di masa depan. C. Penutup Perceraian orangtua memang bisa menjadi pengalaman yang pahit, terutama bagi anak-anak. Yang terpenting, kita sebagai masyarakat harus memberikan dukungan dan empati kepada anak-anak korban peceraian untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit.   Referensi : Suryani, L., & Martianto, D. (2018). Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Psikologi, 45(2), 127-137. Wibowo, A., & Indrawati, Y. (2020). Resiliensi pada Anak yang Mengalami Perceraian Orang Tua. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling, 6(1), 45-55.   Ditulis Oleh : Afrian Rahardyaning Pangestu.    

Cara Mengembangkan Lembaga Pendidikan Agar Menjadi Lebih Baik

A. Pendahuluan Para pembaca yang baik hati. Lembaga pendidikan adalah pondasi utama dalam membentuk generasi masa depan. Lantas, bagaimana kita bisa mengharapkan kemajuan, jika pondasi itu sendiri rapuh? Banyak lembaga pendidikan terjebak dalam perangkap promosi keluar yang keren dan menarik, tetapi tidak menyadari bahwa kekuatan sejati lembaga yang sebenarnya adalah berasal dari dalam, yaitu : dari para guru yang memegang peranan kunci dalam membentuk karakter dan memberikan pengetahuan para murid. Promosi memang penting, tapi promosi bisa menjadi sia-sia jika lembaga itu sendiri belum siap untuk bersaing dalam memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas. Contoh nyata seperti bisnis, yang akan terasa percuma jika rajin promosi, tapi produk yang dijual ternyata buruk. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus diambil adalah meninjau ke dalam dan memperbaiki fondasi lembaga itu sendiri. B. Pembahasan Ada tiga langkah penting yang bisa diambil untuk mengembangkan lembaga pendidikan menjadi lebih baik, yaitu : Pertama, Mengenal Kelebihan Guru. Kunci pertama dalam memperbaiki lembaga pendidikan adalah dengan mengenal lebih dalam kelebihan, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh para guru. Setiap guru memiliki keahlian dan karakteristik unik yang bisa menjadi aset berharga bagi lembaga. Dengan mengenali dan memberdayakan kelebihan para guru, maka lembaga dapat memaksimalkan potensi guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan lebih efektif dan menarik bagi siswa. Kedua, Memberikan Pelatihan dan Bimbingan Setelah mengenal kelebihan dan potensi para guru, langkah selanjutnya adalah memberikan pelatihan, bimbingan, dan mentoring yang sesuai. Pelatihan ini tidak hanya berkaitan dengan peningkatan keterampilan mengajar, tetapi juga dalam hal pengembangan kepribadian dan kemampuan interpersonal. Guru yang dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat, maka akan lebih mampu membimbing para murid dengan baik, serta menghadapi berbagai tantangan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Ketiga, Membangun Kerjasama yang Baik dan Kuat Langkah terakhir adalah membangun kerjasama yang baik dan kokoh antara lembaga pendidikan dan para guru. Kerjasama yang baik akan menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan saling mendukung, di mana para guru merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi perkembangan lembaga dan para murid. Penting juga untuk menjaga komunikasi yang terbuka dan transparan antara semua pihak terkait, sehingga masalah yang timbul dapat diselesaikan dengan baik dan tidak mengganggu jalannya proses pendidikan. Para pembaca yang baik hati, jika semua cara di atas sudah dijalankan, tetapi para guru masih tidak bisa diajak bekerjasama untuk mengembangkan lembaga pendidikan, misalnya seperti : menyepelekan pekerjaan, tidak mau memberikan ide serta masukan untuk pengembangan lembaga, tidak mau berkolaborasi dengan rekan-rekan guru maupun manajemen, tidak mau berjuang supaya  memberikan kenyamanan kepada para murid, hanya mementingkan dirinya sendiri serta kelompok tanpa peduli dengan keadaan lembaga yang sedang bermasalah. Ketika masih terjadi hal yang penulis sebutkan di atas, maka pimpinan pesantren bisa mengambil jalan keluar yang terbaik untuk para guru tersebut. Entah dimutasi ke lembaga pendidikan lain yang masih satu naungan yayasan atau diberhentikan secara baik-baik. C. Penutup Dengan mengambil langkah-langkah di atas, InsyaAllah lembaga pendidikan dapat berkembang menjadi lebih baik ke depannya serta dapat mencetak generasi penerus bangsa di masa depan. Jika belum membaca tulisan di atas, maka bacalah terlebih dahulu, bukan hanya membaca di bagian penutup saja. Terimakasih.   Referensi Suryadi, B. (2020). Strategi Pengembangan Pendidikan di Era Digital.Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 8(1), 45-58. Rahayu, S., & Setiawan, A. (2019). Peran Kolaborasi Stakeholder dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 5(2), 112-125. Kusumawati, D., & Wirawan, A. (2018). Peningkatan Kualitas Tenaga Pendidik Melalui Program Pengembangan Profesional. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(1), 20-35. Ditulis oleh : Afrian Rahardyaning Pangestu.

Bagaimana Hukumnya Merayakan Malam Nishfu Sya’ban?

Para pembaca rahimakumullah … Suatu kebutuhan yang sangat mendesak adalah kebutuhan seorang muslim akan ilmu agama, ilmu yang dapat membimbingnya dalam menunaikan tugas utama sebagai manusia yaitu beribadah kepada Allah ta’ala dengan bimbingan wahyu yang telah Allah turunkan yaitu Al Qur’an dan Sunnah, karena sebagaiamana telah kita ketahui bahwa ibadah tidaklah diterima kecuali apabila memenuhi dua syaratnya, yaitu ikhlas dan muta’abah. Oleh karena itu, kebutuhan seorang muslim terhadap ibadah yang sesuai dengan syari’at Nabi shallahu ‘alaihi wa salam menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditunda terlebih ketika seorang akan mengerjakannya, untuk itu pada tulisan yang sederhana ini penulis akan menjelaskan terkait suatu permaslahan yang sebentar lagi ramai dilakukan oleh saudara-saudara kita yaitu merayakan malam nisfu sya’ban ditinjau dari dalil-dalil yang shahih dan tentunya penjelasan para ulama sehingga kita mempunyai ilmu dan keyakinan dalam melakukan atau meninggalkan suatu amal. Para pembaca rahimakumullah… Perlu diketahui bahwa maksud dari pada menghidupkan malam pada pertengahan bulan sya’ban adalah menghidupkan dengan cara mengkhususkan ibadah tertentu pada malam ini, seperti shalat, dzikir, serta puasa pada siang harinya, baik dikerjakan secara berjamaah di masjid atau di rumah sendiri atau dengan keluarga. Hal ini sebagaimana kita saksikan di tengah-tengah masyarakat kita yang mana mereka menghidupkan dan merayakan malam nisfu sya’ban dengan cara meramaikan masjid-masjid dan melaksanakan shalat sunnah berjama’ah, berdzikir dan membaca Al Qur’an berbeda dengan malam-malam lainnya itu semua dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Tentu ini adalah niat yang bagus, motivasi yang baik, yaitu melakukan suatu amalan dalam rangka mencari keutamaan dan pahala dari Allah Ta’ala, akan tetapi bagi seorang muslim apabila ingin melakukan suatu ibadah, niat yang baik saja tidak cukup, dia juga mesti memastikan pelaksanaannya dan tata caranya merujuk kepada sebaik-baik petunjuk yaitu petunjuk Nabi yang mulia shallahu ‘alaihi wa sallam, dan amalan sebaik-baik generasi yaitu generasi para sahabat dan yang mengikutinya dengan baik, untuk itu pada tulisan ini penulis berusaha menjelaskan terkait masalah hukum menghidupkan malam nisfu sya’ban melalui dalil-dalil dan penjelasan para ulama, agar apa yang kita lakukan tidak keluar daripada bimbingan dalil dan penjelasan para ulama in syaa Allah.   Dalil-Dalil Keutamaan Bulan Sya’ban Dan Pertengahan Bulan Sya’ban Jika kita merujuk kepada hadits-hadits Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam mencari dalil-dalil terkait bulan Sya’ban, maka kita akan temui bahwa hadits-hadits terkait bulan sya’ban dibagi menjadi dua, yang pertama hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan bulan Sya’ban secara umum, dan yang kedua hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan pertengahan bulan Sya’ban secara khusus, berikut pemaparannya:   Hadits-hadits keutamaan bulan Sya’ban secara umum, diantaranya adalah :   وعن أسامة بن زيد رضي الله عنهما قال: قلتُ يا رسولَ اللهِ لم أرَك تصومُ من شهرٍ من الشُّهورِ ما تصومُ شعبانَ قال: ((ذاك شهرٌ يغفَلُ النَّاسُ عنه بين رجبَ ورمضانَ وهو شهرٌ تُرفعُ فيهالأعمالُ إلى ربِّ العالمين وأُحِبُّ أن يُرفعَ عملي وأنا صائمٌ)) Dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma berkata, aku bertanya: “Wahai Rasulullah aku tidak pernah melihatmu berpuasa dalam satu bulan seperti engkau berpuasa pada bulan Sya’ban?, menjawab (Rasulullah): “itu adalah bulan dimana manusia lalai darinya diantara bulan Rajab dan Ramadhan, dan dia (Sya’ban) adalah bulan diamana amalan-amalan diangkat kepada Rabil ‘Alamin dan aku suka amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berbuapasa”. ( H.R An Nasai, no. 2357, dan dihasankan oleh Al Albani dalam Targib wa tarhib, 1/425). وعن عائشة رضي الله عنها قالت : ((كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر، ويفطر حتى نقول لا يصوم، وما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا شهر رمضان، وما رأيته أكثر صياما فيه منه  في شعبان)) Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, berkata : “Adalah Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kami mengatakan tidak berbuka, dan beliau berbuka sampai kami mengatakan tidak berpuasa, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Beliau banyak berpuasa dalam sebulan melainkan dalam bulan Sya’ban”. (H.R Bukhari, no. 1969). وعن أم سلمة رضي الله عنها قالت : ((ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم شهرين متتابعين إلا شعبان ورمضان)) Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya’ban dan Ramadhan”. (H.R An Nasai, no. 2352, dishahihkan oleh Al Albani, no. 2174).   Dan disana ada hadits-hadits yang lain yang semakna dengan hadits-hadits di atas, yang mana semuanya menunjukkan keutamaan bulan Sya’ban secara umum dan bagaimana contoh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam memaksimalkan keutamaan itu yaitu dengan banyak berpuasa sunnah pada bulan sya’ban.   Hadits-hadits keutamaan pertengahan bulan Sya’ban Hadits-hadits yang menjelaskan ketutamaan malam nisfu Sya’ban, keutamaan menghidupkannya, melakukan Qiyam pada malam harinya dan berpuasa pada siang harinya sangatlah banyak, akan tetapi kebanyakannya adalah hadits bathil yang tidak shahih, sampai-sampai dikatakan oleh Ibnul ‘Arabi rahimahullah dalam kitabnya “Aaridhatul Ahwadzi” 2/201 :”tidak ada satu haditspun  dalam masalah malam nisfu Sya’ban yang layak didengar”.   Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata dalam “majmu’ al fatawa” (1/192) : “hadits-hadits keuatamaan malam nisfu Sya’ban semuanya lemah (dho’if)”. Beliau berkata dalam tempat yang lain (1/197) : “tidak ada yang tetap”.   Syaikh Shalih bin ‘Utsaimin rahimahullah berkata dalam “majmu’ al fatawa” (7/280) : “hadits-hadits yang mengkhusukan malam nishfu Sya’ban dengan Qiyamullail dan  berpuasa pada siang harinya lemah”, beliau berkata pada tempat yang lain (20/30) : “hadits-hadits shalat pada malam hari nisfu Sya’ban shalat-shalat yang memiliki jumlah bilangan ra’kaat tertentu adalah palsu (maudhu’)”.   Akan tetapi dari sekian banyak hadits-hadits yang menjelaskan keuatamaan malam nisfu Sya’ban terdapat beberapa hadits yang dihasankan atau dishahihkan oleh Syaikh Nashirudiin Al Albani rahimahullah, diantaranya adalah,   عن أبي ثعلبة الخشني رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((إذا كان ليلة النصف من شعبان، اطلع الله إلى خلقه، فيغفر للمؤمنين ويملي للكافرين، ويدع أهل الحقد بحقدهم حتى يدعوه)). Dari Abu Tsa’labah Al Akhusyaniyy radhiallahu ‘anhu, berkata : bersabda Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam : “apabila malam pertengahan bulan Sya’ban, Allah mendatangi hamba-hambanya, maka Allah mengampuni orang-orang mukmin dan menangguhkan orang-orang kafir, dan meninggalkan orang-orang yang dengki disebabkan kedengkian mereka sampai mereka meninggalkannya (kedengkian itu)”. Hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabrani, dalam al Mu’jam Al Kabir, hal. 22/224, no.

Pilih Mana : Orangtua Atau Pacar?

  A. Pendahuluan Para pembaca yang baik hati. Kalau kita membaca judul di atas, mungkin terkesan nyeleneh dan nakal. Jika kita ditanya mau pilih mana : orangtua atau pacar? Tentunya kita pilih orangtua daripada pacar. Karena orangtua memberikan kita sarapan, sedangkan pacar hanya memberikan kita harapan (palsu). B. Pembahasan Para pembaca yang baik hati. Jika pertanyaan dari penulis sudah ditemukan jawabannya, yaitu lebih pilih orangtua daripada pacar, maka sebenarnya banyak orang yang mengingkari hal itu. Maksudnya adalah banyak orang (terutama anak muda) lebih pilih pacarnya daripada orangtuanya. Lho kok bisa? Bisa saja! Itulah fakta yang banyak terjadi di lapangan. Ada sebuah kejadian yang bisa kita ambil pelajarannya yang sangat berharga. Kejadian di mana ada muda-mudi yang sedang berduaan di kereta commuterline. Mereka saling bercumbu rayu dan saling bicara dengan suara lembut layaknya suami istri, padahal mereka itu pacaran. Kalau ada orang bertanya : darimana kok bisa tau mereka itu pacaran? Tentu bisa diketahui dari perkataannya. Ketika muda-mudi ini sedang asyik cumbu rayu, tiba-tiba terdengar suara telepon masuk ke handphone si wanita. Si wanita itu menjawab panggilan masuk dengan kalimat kurang lebih begini : “ Ih mama ngapain telpon-telpon terus. Ganggu aja deh! Nanti aku juga pulang sama cowok aku. Dia anterin aku ke rumah. Udah ya. Berisik banget!” Dari kalimat yang keluar dari mulut si wanita, terbaca dengan jelas bahwa itu adalah kalimat yang sinis, nada bicaranya pun tinggi dan disertai bentakan. Padahal dia sedang bicara dengan ibu nya sendiri, sedangkan sebelumnya si wanita bercumbu rayu dan berlemah lembt dengan pacarnya. Dari kasus di atas, penulis ingin menyampaikan beberapa pendapat, yaitu : Pertama, banyak anak muda (walau tidak semuanya) berani bicara tidak sopan ke orangtua sendiri dan lebih memilih bicara lembut ke pacar nya yang belum tentu si pacar itu menjadi pasangan hidupnya. Faktanya adalah di dalam ajaran Islam disampaikan bahwa kita sebagai anak diperintahkan untuk berbicara yang sopan dan lemah lembut kepada orangtua kita. Bukan kepada pacar. Orangtua kita sudah banyak berkorban nyawa, waktu, tenaga, dan uang demi kebaikan kita. Kenapa kita malah lebih sayang kepada pacar daripada orangtua? Mari kita gunakan akal sehat kita. Kedua, banyak orangtua (walau tidak semuanya) membolehkan anak-anaknya pacaran. Entah apakah orangtuanya masih kurang ilmu agama atau orangtua tidak bisa menasehati anak-anaknya atau bisa jadi orangtua sudah menasehati anak-anaknya tapi anak-anaknya ngeyel. Di dalam Islam, tidak ada istilah pacaran. Pacaran hanyalah jalan menuju zina. Kalau ada orang yang ngeles dan berkata :” kita pacaran, tapi kita nggak zina kok.” Ketika ada kalimat macam itu, maka penulis katakan bahwa itu bohong. Setiap pacaran itu menimbulkan zina. Zina mata, zina telinga, zina mulut, zina tangan, zina hati, dan yang paling parah adalah zina kemaluan. Apakah orang kalau pacaran itu diawali dengan basmalah dan diakhiri dengan hamdalah? Tentu tidak! Orang pacaran itu pastinya ada cumbu rayu, pelukan, belai-belai rambut, cium kening, cium pipi, dan lain-lain. Walaupun penulis tidak pernah pacaran, tetapi penulis banyak mengamati banyak orang pacaran itu selalu melakukan adegan dewasa, di mana adegan itu seharusnya dilakukan oleh suami istri. Ditambah lagi, jika orangtua membiarkan atau membolehkan atau mengizinkan anak-anaknya pacaran, maka orangtua akan mendapatkan dosa jariyah akibat perbuatan anak-anaknya. Apa itu dosa jariyah? Dosa yang didapatkan secara otomatis kepada seseorang yang mengajarkan atau membolehkan terjadinya keburukan. Walau orang itu sedang makan, tidur, atau bahkan sudah meninggal, maka orang yang mengajarkan atau membolehkan terjadinya keburukan akan mendapatkan aliran dosa. Naudzubillahimindzalik. Jika ada orang yang berkata : “pacaran itu kan nggak apa-apa. Yang penting tujuannya baik, yaitu : untuk cari jodoh. Untuk cari suami atau istri.” Ketika ada orang yang mengucapkan kalimat macam itu atau kalimat yang mirip-mirip dengan itu, maka penulis katakan bahwa itu adalah kalimat sesat dan menyesatkan. Kok begitu? Daripada bingung, penulis coba berikan logika sederhana seperti ini : kita mau ibadah haji, tapi kita menggunakan uang hasil korupsi. Tentu bukan bernilai pahala, tapi malah bernilai dosa.  Menikah itu ibadah, sedangkan pacaran itu maksiat. Kalau kita mau ibadah dengan menggunakan cara maksiat (haram), kira-kira bagaimana? Silakan jawab masing-masing. C. Penutup Para pembaca yang baik hati. Tulisan yang penulis sampaikan di atas semoga bisa bermanfaat untuk kita semua. Jika belum membaca, silakan membaca dari atas hingga bawah. Jangan hanya membaca kesimpulannya saja. Kita harus pahami bahwa semakin berkembangnya suatu zaman, maka semakin berat tantangannya. Pendidikan paling utama adalah pendidikan yang berawal dari rumah (keluarga), bukan dari sekolah. Tugas sekolah hanyalah membantu menumbuhkan benih yang sudah ditanamkan dari rumah.   Ditulis oleh : Afrian Rahardyaning Pangestu.

Perbedaan Antara Guru dan Goro

A. Pendahuluan Para pembaca yang baik hati. Mungkin banyak yang merasa bingung dengan judul yang saya tulis. Terkait dengan judul, sebenarnya saya berusaha untuk menjelakan bahwa Guru dan Goro adalah dua hal yang mungkin terdengar hampir serupa dalam sebutan, tetapi memiliki perbedaan yang mencolok dalam makna dan peran di dalam kehidupan manusia. Meskipun sosok keduanya mungkin saja bisa ditemui dalam konteks yang berbeda, tetapi perbandingan antara keduanya membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai dalam pembentukan karakter. B. Pembahasan Pada pembahasan ini, penulis akan membahas apa sih sebenarnya perbedaan guru dan goro. Silakan baca tulisan di bawah ini : Pertama, Guru Itu Membangun Karakter, Memperbaiki Mindset, dan  Mendidik dengan Kasih Sayang Sebagai sosok yang berada di dalam dunia pendidikan, maka peranan guru bukan hanya untuk mengajar pelajaran-pelajaran di sekolah. Peran guru lebih dari itu. Sosok guru adalah agen perubahan, sosok pembentukan karakter, membantu memperbaiki mindset murid, pilar dalam membangun fondasi moral serta intelektual para murid. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan akademis, tetapi yang paling penting guru mengajarkan nilai-nilai kehidupan seperti integritas, empati, dan keberanian. Seorang guru yang baik bukan hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga memperhatikan setiap murid yang berbeda-beda karakternya. Mereka bisa bersikap tenang dalam menghadapi perbedaan-perbedaan dalam kelas, menciptakan lingkungan yang aman serta lingkungan yang mendukung untuk belajar, dan berusaha mendidik para murid tanpa menggunakan kekerasan. Selain itu, guru juga harus memperhatikan aspek emosional dan sosial murid. Mereka memberikan teladan yang baik dan mendukung perkembangan kepribadian yang positif, serta membangkitkan semangat dan rasa percaya diri murid. Kedua, Perbedaan Antara Guru dengan Goro Adapun mengenai sosok goro, penulis yakin bahwa banyak pembaca yang bertanya-tanya, apa itu goro? Jadi, sewaktu penulis masih SD, penulis pernah menonton film berjudul Mortal Kombat. Pada film tersebut, ada salah satu tokoh bernama Goro. Goro adalah adalah manusia yang lebih mirip monster, badannya tinggi dan besar, tangannya ada empat, dan penampilan yang menakutkan. Goro menjalankan tugas dari Shang Tsung (seorang penguasa dunia kegelapan) untuk menebarkan teror, menebarkan rasa takut, dan melakukan kekerasan kepada seluruh manusia di bumi, sehingga Shang Tsung bisa menguasai bumi dan memperbudak umat manusia. Berbeda dengan guru, Goro itu adalah sosok yang menakutkan, menyebarkan rasa takut kepada manusia, melakukan kekerasan, dan menyerang manusia. Inti karakternya adalah mencerminkan kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan kebrutalan, tentunya sangat jauh dari nilai-nilai kebaikan, kasih sayang, dan kepedulian. Oleh karena itu, guru dan Goro adalah dunia sosok yang berbeda. Goro tidak bisa menjadi guru, sebaliknya juga guru jangan meniru seperti Goro. Jika ada guru yang meniru seperti Goro, maka guru tersebut tidak pantas disebut guru. Sebab, guru itu fungsi utamanya adalah pembimbing, pengarah, penjaga, dan pelindung, bukan pengancam, bukan perusak, dan bukan penjahat. Semoga di sekolah manapun di negara ini tidak ada guru yang suka menggunakan kekerasan dalam mendidik para muridnya. C. Kesimpulan Perbedaan antara guru dan Goro memang terlihat sangat jauh. Kenapa sangat jauh? Tidak akan penulis ceritakan di sini, supaya para pembaca bisa membaca tulisan ini dari awal hingga selesai. Terimakasih.   Referensi : Anwar, S. (2020). Peran Guru dalam Membentuk Mindset Positif Siswa di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 7(2), 89-98. Setiawan, A., & Rahayu, S. (2019). Peran Guru dalam Pengembangan Karakter Siswa: Perspektif Psikologi Pendidikan. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling, 6(2), 78-89.   Ditulis oleh : Afrian Rahardyaning Pangestu

Kemitraan Pesantren dengan Industri Untuk Membangun Keterampilan Praktis Para Santri

A. Pendahuluan Para pembaca yang baik hati. Pesantren memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan peningkatan pengetahuan agama bagi para santrinya, namun pesantren juga harus menyesuaikan perkembangan zaman, di mana kebutuhan akan keterampilan praktis di dunia industri juga menjadi hal yang krusial. Oleh karena itu, menjalin kemitraan antara pesantren dan industri merupakan langkah strategis untuk memastikan bahwa para santri tidak hanya memiliki pengetahuan agama yang kuat, tetapi juga keterampilan praktis yang relevan di era modern ini, sehingga lulusan dari pesantren pun bisa bersaing dengan lulusan dari sekolah lain. B. Pembahasan Adapun beberapa manfaat Kemitraan Pesantren dengan Industri, yaitu : 1. Penyesuaian Kurikulum Kemitraan ini dapat membantu pesantren dalam menyesuaikan kurikulumnya dengan kebutuhan industri. Dengan demikian, para santri dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja maupun industri saat ini. 2. Praktik Lapangan Dengan adanya kemitraan, maka dapat membuka peluang bagi santri untuk melakukan praktik lapangan langsung di industri. Hal ini memberikan pengalaman nyata yang dapat meningkatkan keterampilan praktis dan pemahaman mereka terhadap dunia kerja. 3. Pemberian Pelatihan Khusus Industri dapat memberikan pelatihan khusus sesuai dengan kebutuhan mereka kepada para santri. Hal tersebut dapat melibatkan pengajaran keterampilan teknis, manajerial, maupun keahlian khusus yang dibutuhkan oleh industri tertentu. 4. Peluang Magang dan Pekerjaan Melalui kemitraan dengan industri, maka pesantren dapat membantu para santri dalam mendapatkan peluang magang, bahkan penempatan kerja setelah menyelesaikan pendidikan mereka. Dengan demikian, para santri tidak kaget dan bisa menyesuaikan diri ketika beralih dari pendidikan ke dunia kerja. 5. Pembangunan Jaringan Melalui program kemitraan dengan industri juga dapat membuka pintu untuk pembangunan jaringan antara pesantren, industri, dan alumni. Hal ini dapat memberikan manfaat jangka panjang dalam hal dukungan karir dan pengembangan profesional. C. Kesimpulan Dengan manfaat yang telah dijabarkan di atas, maka pesantren harus bisa bermitra dengan industri. Semoga ke depannya pesantren dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam membentuk generasi santri yang siap berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan negara.   Referensi : Ristawa, A. (2020). Membangun Keterampilan Praktis Santri Melalui Kemitraan Pesantren-Industri. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 5(2), 123-145. Suryadi, B. (2019). Pentingnya Integrasi Kurikulum Pesantren dengan Kebutuhan Industri. Jurnal Pengembangan Pendidikan Islam, 8(1), 56-78.   Ditulis oleh : Afrian Rahardyaning Pangestu    

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kemenag Kabupaten Lebak di Pesantren Da’wah Mubarokah

Para pembaca yang baik hati. Pada tanggal 1 Februari 2024, Kemenag Kabupaten Lebak melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi di Pesantren Da’wah Mubarokah, di mana kegiatan tersebut mencakup pada beberapa aspek penting dalam pengembangan pendidikan Islam, terutama terkait Pesantren Da’wah Mubarokah. Berikut adalah poin-poin penting yang menjadi fokus dalam kegiatan tersebut: 1. Apresiasi untuk Pesantren Da’wah Mubarokah di Bidang Data EMIS Kemenag Kabupaten Lebak memberikan apresiasi khusus kepada Pesantren Da’wah Mubarokah yang telah aktif dalam mengisi data EMIS (Education Management Information System). Partisipasi aktif pesantren Da’wah Mubarokah dalam proses ini tidak hanya menjadi kewajiban administratif, tetapi juga mencerminkan komitmen mereka terhadap peningkatan mutu pendidikan Islam di daerah tersebut. Sebab, bila hanya fokus pada administrasi saja, tapi tenaga pendidiknya tidak diberdayakan dengan baik, maka terasa sia-sia saja. Tenaga pendidik dan pesantren memiliki tanggung jawab utama bukan kepada pemerintah, tetapi tanggung jawab utamanya adalah kepada Allah dan semua orangtua santri. Oleh karena itu, dengan mengisi data EMIS, Pesantren Da’wah Mubarokah ikut berkontribusi dalam menyediakan informasi akurat dan terkini terkait pendidikan Islam di Kabupaten Lebak. 2. Monitoring Data Pendidik dan Kependidikan di Pesantren Da’wah Mubarokah Kegiatan monitoring yang dilakukan oleh Kemenag Kabupaten Lebak tidak hanya sebatas pada pengumpulan data, tetapi juga melibatkan evaluasi mendalam terhadap kualitas pendidik dan kependidikan di Pesantren Da’wah Mubarokah. Hal ini mencakup penilaian terhadap kualifikasi pendidik, metode pengajaran, dan infrastruktur pendidikan. Dengan demikian, Kemenag berupaya memastikan bahwa pesantren tersebut tidak hanya memenuhi standar akademis, tetapi juga memberikan lingkungan pendidikan yang kondusif dan berkualitas kepada para santri, sehingga membuat para santri betah dalam belajar di pesantren. 3. Bantuan Operasional dari Kemenag untuk Pesantren dengan IJOP Kemenag Kabupaten Lebak juga menjelaskan adanya bantuan operasional yang diberikan kepada Pesantren Da’wah Mubarokah yang telah resmi mendapatkan Izin Operasional Pondok (IJOP). Bantuan ini mencakup dukungan finansial untuk memastikan kelancaran operasional pesantren dalam menyelenggarakan pendidikan Islam. Langkah ini diambil sebagai bentuk nyata dari pemerintah dalam mendukung pesantren yang telah memenuhi persyaratan administratif dan kegiatan pendidikan untuk mendapatkan IJOP. Melalui kegiatan ini, Kemenag Kabupaten Lebak berharap agar Pesantren Da’wah Mubarokah dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan kontribusi positif dalam mencetak generasi yang berkompeten di bidang keislaman serta memiliki daya saing yang tinggi. Ditulis oleh : Afrian Rahardyaning Pangestu

Peran Guru Pesantren sebagai Mentor Kesehatan Mental Para Santri

A. Pendahuluan Para pembaca yang baik hati, Pesantren memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan spiritualitas para santri. Selain itu, dalam era yang semakin kompleks ini, perhatian terhadap kesehatan mental juga menjadi hal yang tidak bisa diabaikan. Dalam konteks ini, guru pesantren memiliki peran yang luar biasa sebagai mentor kesehatan mental bagi para santri. B. Pembahasan Para pembaca yang baik hati. Guru pesantren bukan hanya pengajar agama atau ilmu keislaman saja, tetapi juga harus bisa menjadi sosok yang menjadi panutan dan pemimpin bagi para santri. Para guru pesantren memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan dukungan, bimbingan, dan pengajaran yang tidak hanya sebatas pada sisi keagamaan, tetapi juga mencakup aspek kesehatan mental. Di bawah ini adalah beberapa peran guru pesantren dalam menjaga kesehatan mental para santri: Pertama, Guru Memberikan Dukungan Emosional  Guru pesantren sering menjadi tempat pertama bagi para santri untuk mencurahkan perasaan, termasuk ketika mengalami kesulitan emosional. Mereka memberikan dukungan emosional yang sangat diperlukan bagi santri yang mungkin merasa tertekan atau cemas.    Kedua, Guru Menyediakan Bimbingan Spiritual Sebagai guru pesantren, tentunya tidak hanya mengajarkan ajaran Islam, tetapi juga memberikan bimbingan spiritual yang membantu para santri dalam mengatasi konflik internal diri sendiri, sehingga bisa mencapai kedamaian batin. Ketiga, Mengajarkan Keterampilan Mengatasi Stress Guru pesantren semestinya memiliki keterampilan tentang cara mengatasi stres dan tekanan dengan cara yang sehat, baik melalui nasihat-nasihat keagamaan maupun teknik-teknik psikologis, yang tentunya bisa dipelajari melalui pelatihan, sehingga pihak pesatren harus mengadakan pelatihan untuk pemberdayaan para guru. Keempat, Guru Bisa Menjadi Teladan Guru pesantren adalah contoh nyata dari nilai-nilai yang diajarkan di pesantren, termasuk sikap rajin, semangat, dan ketenangan pikiran. Dengan demikian, semestinya para guru pesantren bisa menginspirasi para santri dalam menjagai kesehatan mental yang baik pada diri sendiri. Karena keseharian para santri lebih banyak dihabiskan dengan bertemu guru pesantren daripada orangtua. Kelima, Mendengarkan dengan Empati Salah satu kekuatan utama seorang guru pesantren adalah kemampuan mendengarkan para santri dengan penuh perhatian dan empati. Para guru pesantren tidak hanya mendengarkan apa yang dikatakan para santri, tetapi juga membantu para santri agar mereka merasa dipahami, dimengerti, dan dilindungi. C. Kesimpulan Dalam konteks pesantren, kesehatan mental menjadi aspek yang tidak boleh diabaikan. Para santri sangat memerlukan dukungan yang tepat untuk menjaga keseimbangan mental mereka. Caranya adalah dengan mengamalkan hal-hal di atas secara bertahap dan berkelanjutan. Semoga Allah mudahkan ikhtiar kita semua.   Referensi : Hasan, A. (2019). Dinamika Hubungan Guru dan Santri dalam Meningkatkan Kesehatan Mental di Pesantren. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling, 6(2), 89-102. Yusuf, A. (2018). Peran Guru Pesantren dalam Pembentukan Karakter Santri. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 5(2), 143-156.   Ditulis oleh : Afrian Rahardyaning Pangestu  

Ada yang bisa kami bantu?