Broken Home bukan berarti Broken Future

Share This Post

A. Pendahuluan

Para pembaca yang baik hati.

Perceraian dalam sebuah keluarga seringkali dianggap sebagai sebuah tragedi yang berdampak buruk, terutama bagi anak-anak yang terlibat di dalamnya. Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Meskipun anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang bercerai menghadapi tantangan emosional dan psikologis yang besar, namun hal tersebut tidak menjamin bahwa masa depan mereka akan suram.

B. Pembahasan

Dalam banyak kasus, anak-anak korban perceraian justru mampu bangkit dan bisa mengatasi ketidakstabilan tersebut, bahkan berhasil mencapai kebahagiaan dan kesuksesan yang lebih besar daripada orangtua mereka.

Pertama, Realita Anak yang Korban Perceraian

Perceraian orangtua bisa menjadi pukulan berat bagi anak-anak, terutama jika prosesnya berjalan dengan konflik yang tinggi. Anak-anak mungkin mengalami perasaan kehilangan, kebingungan, marah, atau bahkan merasa bersalah atas perceraian orangtua mereka. Selain itu, adanya perubahan dalam rutinitas, lingkungan, dan interaksi sosial juga dapat memengaruhi keadaan psikologis anak.

Kedua, Tantangan dan Kesempatan

Penting untuk kita dipahami bahwa setiap tantangan membawa kesempatan. Anak-anak korban perceraian itu umumnya memiliki kekuatan di dalam diri yang luar biasa untuk bertahan dan tumbuh dari pengalaman yang pahit. Beberapa di antara mereka dapat mengembangkan kematangan emosional yang tinggi, kemampuan beradaptasi yang baik, serta kepekaan terhadap dinamika hubungan manusia.

Ketiga, Masa Depan yang Cerah

Anak-anak korban perceraian memiliki masa depan yang cerah, asalkan mereka mendapatkan dukungan yang tepat. Mereka dapat belajar dari pengalaman orangtua mereka dan memilih jalan yang berbeda untuk diri mereka sendiri. Beberapa di antara mereka bahkan mampu memecah pola-pola negatif yang ada dalam keluarga mereka dan berusaha menciptakan hubungan pernikahan yang sehat serta berkelanjutan di masa depan.

C. Penutup

Perceraian orangtua memang bisa menjadi pengalaman yang pahit, terutama bagi anak-anak. Yang terpenting, kita sebagai masyarakat harus memberikan dukungan dan empati kepada anak-anak korban peceraian untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit.

 

Referensi :

Suryani, L., & Martianto, D. (2018). Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Psikologi, 45(2), 127-137.

Wibowo, A., & Indrawati, Y. (2020). Resiliensi pada Anak yang Mengalami Perceraian Orang Tua. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling, 6(1), 45-55.

 

Ditulis Oleh : Afrian Rahardyaning Pangestu.

 

 

More To Explore

Dakwah

Tradisi Pesantren yang Tetap Dilestarikan di Dawah Mubarokah

Meski dunia terus berubah, Pondok Pesantren Dawah Mubarokah tetap menjaga tradisi pesantren klasik yang diwariskan para ulama. Tradisi ini menjadi identitas sekaligus kekuatan pondok dalam membentuk santri.Salah satu tradisi tersebut adalah pembacaan kitab kuning. Setiap hari, santri menghadiri pengajian bandongan di mana kyai membaca kitab, sementara santri mencatat makna

Read More »
Dakwah

Peran Kyai dan Ustadz dalam Pembinaan Santri

Peran kyai dan ustadz di Pondok Pesantren Dawah Mubarokah sangatlah sentral. Mereka bukan hanya pengajar, tetapi juga pembimbing spiritual, pembina akhlak, sekaligus orang tua kedua bagi para santri.Para kyai memberikan keteladanan yang besar melalui tutur kata dan tindakan. Santri belajar bukan hanya dari kitab-kitab, tetapi dari bagaimana kyai bersikap

Read More »
Ada yang bisa kami bantu?
Scroll to Top