A. Pendahuluan
Para pembaca yang baik hati. Kehidupan modern seringkali memerlukan kita untuk tampil bahagia di depan orang lain, terlepas dari apa yang mungkin kita rasakan di dalam. Mungkin kita melakukan hal ini sebagai cara untuk melindungi diri, menghindari pertanyaan yang tidak diinginkan, atau bahkan sekadar untuk menjaga citra diri yang positif. Tetapi tahukah kita bahwa menjadi orang yang pura-pura bahagia bisa melelahkan? Penulis akan membahas mengapa pura-pura bahagia itu sangat melelahkan.
B. Pembahasan
Pertama, ketika kita merasa tertekan, cemas, marah, atau bahkan sedih, seringkali kita dihadapkan dengan tekanan sosial untuk menyembunyikan perasaan tersebut. Masyarakat seringkali mendorong kita untuk menunjukkan senyuman, yang mengharuskan kita untuk menyembunyikan emosi negatif.
Kedua, menyembunyikan emosi yang sebenarnya adalah dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. Ini dapat menyebabkan penumpukan emosi yang tidak diekspresikan, yang pada akhirnya dapat memicu stres, kecemasan, dan depresi.
Ketiga, terlalu sering berpura-pura bahagia dapat membuat kita merasa kehilangan jati diri. Dengan hal ini, kita sendiri lupa dengan siapa diri kita yang sebenarnya. Hal ini juga dapat merusak hubungan kita dengan orang lain, karena mereka mungkin tidak tahu siapa kita sebenarnya.
Keempat, ketika kita sering berpura-pura bahagia, maka kita jadi mengabaikan masalah sebenarnya yang perlu diatasi. Hal ini bisa menghambat pertumbuhan pribadi dan menghambat pemecahan masalah yang diperlukan untuk mengatasi kesulitan hidup.
Kelima, hubungan yang sehat memerlukan kejujuran. Ketika kita terlalu fokus untuk berpura-pura bahagia, maka kita tidak mampu membangun hubungan yang asli. Kita hanya bisa membangun hubungan yang palsu, karena kita tidak membiarkan orang lain melihat siapa kita sebenarnya.
Para pembaca yang baik hati, bahagia bukanlah sesuatu yang membuat kita harus bersikap pura-pura. Bahagia adalah perasaan alami yang datang dan pergi. Bisa jadi hari ini kita merasa bahagia, bisa jadi hari ini juga kita merasa sedih, marah, atau cemas. Setiap emosi pastinya butuh diekspresikan dengan cara yang tepat, tidak berlebihan, dan tidak berpura-pura.
C. Kesimpulan
Semoga setelah membaca tulisan ini dari awal hingga akhir, kita bisa mendapatkan manfaat. Aamiin ya robbalallamin.
Ditulis oleh : Admin web Da’wah Mubarokah
Referensi :
Giardina, Ric. The Authentic Self: Menemukan Kembali dan Menerima Diri yang Sejati. Psychological Centre, 2019.
Harris, Russ. The Happiness Trap: Bagaimana Menghentikan Perjuangan dan Mulai Hidup. Times Media, 2018.
Wells, Adrian. Regulasi Emosi: Isu-isu Konseptual dan Praktis, Walter Publisher, 2015.